
Menyikapi maraknya kasus tersebut, Prof. Mu’ti akan
meninjau kembali melalui rapat diskusi dengan kementrian dalam mencari akar
permasalahan dari kasus tersebut sehingga bisa ditemukan solusi dalam mengatasinya.
Prof. Mu’ti menilai bahwa dalam menyelesaikan masalah
tersebut, perlu adanya peninjauan kembali ke sekolah-sekolah yang anak muridnya
masih banyak belum bisa membaca sehingga bisa dibina dan diarahkan tanpa harus
mengubah kebijakan peraturan kurikulum.
Prof. Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa saat ini kasus yang
ditemukan baru di wilayah Buleleng. Untuk selebihnya, Kemendikdasmen akan
meninjau lebih lanjut di daerah lain dan memberikan layanan konseling dalam
membimbing siswa agar motivasi belajarnya semakin meningkat.
”Beberapa kasus murid SMP yang masih belum bisa membaca
dengan lancar saat ini yang kami terima beberapa ada di daerah Buleleng, Bali,
untuk wilayah lain kita masih menelusuri lebih lanjut. Kemendikdasmen nanti
akan menyediakan layanan konseling bagi para siswa yang masih belum lancar
membaca di sekolah dalam meningkatkan motivasi mereka lebih tinggi lagi untuk
belajar,” ucap Prof. Mu’ti.